Hidupku ? Kenangan ?
Semuanya berisi cerita. Segala tema tersedia, tapi aku hanya menceritakn
tentang kisah kelabuku. Kisah yang
masih membekas di riwayat memoriku. Tak kuingat dengan jelas, kabur dan luntur.
Waktu itu umurku setara dengan masha. 4 tahun. Disaat pola pikirku masih polos,
mulutku yang tak henti bermimpi, mataku yang tak henti merekan, dan tanganku
yang tak henti mengenal dunia. Omku? Dia yang actor disini. Rambutnya yang
keseluruhan memutih memutar baik kisah ini.
***
Matanya kini
memandangku, sambil terukir senyum yang menghiasi wajahnya yang perlahan
berkeriput. Dia baik, sangat baik. Lagu lama merupakan kesukaannya. Memutarnya
di pagi hari dengan Koran dan kopi panas yang menemani harinya. Dia sangat suka
memangkuku, memelukku, dan menceritakan berbagai kisah, merupakan caranya
mengenalkanku pada dunia yang kupijak. Dia suka bermain denganku. Sepatu roda.
Warna abu abu menjadi favorite-nya.
Setiap malam dia selalu menceritakan mimpinya. Harapan dan riwayatnya. Kuingat
dia selalu berkata
“
Malam telah menerjang,bintang telah menyerbu langit. Bulan segera mengantarkan
ribuan mimpi ke langit. Maka dari itu, Cica ceritakan mimpimu ke bulan… dia
pendengar yang baik”
Kemudian dia mengelus
lembut puncak kepalaku. Dan kemudian bersenandung riang. Tapi, sesuatu aneh
terdapat dalamnya. Dia menyukai kesunyian. Dan aku membecinya. Ketika dia
sedang terdiam, aku merengkuh tubuhku menahan berbagai kisah agar tak melompat
keluar dari lisanku. Sunyi, dan kesenyapan. Itu keahliannya. Dan mulai saat
itu, aku berpikir bahwa itu tak cocok dengannya.
***
Waktu berputar,
berdansa ditengah kesibukan mahkluk bumi. Waktu mengubahku tumbuh menjadi kaum
hawa yang utuh. Dan waktu lagi-lagi mengubahnya. Dia hanya selalu tersenyum
ketika ku tanya apa kabar?. Dia mulai
menyukai menulis agenda dan selalu berkata aku sibuk. He totally changed. Tak ada lagi bercerita kepada bulan dan
kawannya. Kopi telah tersingkir dari sahabat paginya. Dia mulai menyukai
pekerjaan sendiri. Dan sendiri. Lagu tak lagi membuatnya tersenyum. Oh God… apa yang terjadi ??. Hari
berlalu seperti biasa, waktu berlari sesukanya. Kuingat saat dia berkata
“Dokter?Hebat
sekali ! kalau nanti ta’ji sudah tua, bisa dirawat sama cica… belajarlah dengan
baik, kau anak baik. Pasti engkau tertolong”
Dan disaat itu aku
sadar bahwa itu kalimat motivasi terakhir yang ku ukir di memoriku. Yang
terakhir. Mimpi burukku terjadi, hal yang kukubur kini bangkit kembali.
Dia
telah pergi….
Mimpinya kini
terjawabkan. Dengan balutan seragam pramuka ku-Restart ingatanku tentangnya. Dia pergi. Benar benar pergi. Dia
pergi dengan kalimat “Aku ingin
istirahat”. Tak ada yang tau rencana tuhan. Semua terasa cepat. Tunggu..
aku belum sempat menjadi dokter. Aku belum sempat mengelus kepalanya. Belum
sempat meminta maaf. Belum sempat…mengucapkan…selamat tinggal. Kenyataan
menamparku. Denyut perih terasa di memoriku. Itu tinggal kenangan. Kenangan
yang telah putih oleh kelabu senja yang memudarkan segalanya. Aku tau, kalau
dia akan selalu mengelus rambutku dan selalu membisikkan kata mentari.
Ku berharap, suatu saat
nanti aku akan bertemu dengannya, melangkah dengan tenang, tersenyum dan
mengatakan kalimat yang paling kuimpikan.
“Aku
selesai. Bahagia dan berhasil seperti mimpiku ke bulan”
Untuk : Yang berada jauh dalam ketenangan
0 komentar:
Posting Komentar